Friday, May 2, 2014

Satu Hari Yang Berarti

Posted by Unknown at 5:06 PM

11 November 2013. Hujan deras mengguyur hampir seluruh penjuru Balikpapan. Tirai kelabu menggelayut di langit yang sesekali dihiasi kilatan petir. Jam di layar ponsel baru menunjukkan pukul 06.00 wita tapi saya sudah duduk manis di mobil menempuh perjalanan sejauh 12 km menuju SDN 008 Balikpapan Timur.

Itu adalah gambaran suasana pagi di Hari Inspirasi KI Balikpapan. Cuaca yang hampir sama juga terjadi pada saat Hari Refleksi seminggu setelahnya. But the show must go on. Hari itu saya bertugas menjadi fasilitator Kelas Inspirasi mendampingi lima relawan professional yang akan mengajar di sekolah tujuan.

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya keberadaan saya sebagai fasilitator Kelas Inspirasi hari itu semata-mata berawal dari pesan teks yang masuk ke ponsel saya berbulan-bulan lalu. Isi teks itu intinya mengundang saya untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Kelas Inspirasi Balikpapan. Saya pun meluangkan hadir memenuhi undangan tersebut.

Apa sih serunya jadi fasilitator?

Well, ada dua hal penting yang membuat saya harus ikhlas hati menerima amanah sebagai fasilitator Kelas Inspirasi ini, yaitu:
Usia saya sudah sangat kadaluarsa untuk ikutan apply jadi Pengajar Muda
Karena saya berprofesi sebagai guru, maka saya tidak bisa ikut mendaftar jadi relawan professional.
Dengan kondisi demikian, saya pun legowo ketika dewan panitia menunjuk saya menjadi salah satu fasilitator Kelas Inspirasi yang merangkap jabatan sebagai kordinator tim External Relations. Rangkap-merangkap tugas ini terpaksa dilakukan karena jumlah relawan panitia yang tidak mencukupi kebutuhan. Maklumlah, ini pertama kalinya Balikpapan menggelar kegiatan Kelas Inspirasi. Jelas menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi bagian dari ‘yang pertama’ ini. 

Baiklah, it’s a challenge.
Bagaimanapun keadaannya, kami yang sedikit ini ternyata tim yang solid.  Saking solidnya kami yang tadinya tidak saling kenal bisa jadi seperti saudara satu sama lain. Rapat-rapat kordinasi yang panjang pun jadi terasa seru dan penuh canda.   Sepanjang 12 km perjalanan menuju lokasi sekolah, terbayang di pikiran saya saat-saat kami – para panitia – sibuk mempersiapkan segala sesuatu, mulai dari rapat kordinasi yang susul menyusul, melakukan survey sekolah, melakukan road show, menyeleksi relawan, sampai pontang-panting mencari lokasi untuk Hari Briefing dan Hari Refleksi.

Pada akhirnya, saya menyadari satu hal. Bahwa untuk bisa berpartisipasi mendukung kebaikan, tak selalu harus diawali dengan sesuatu yang besar. Saya tidak harus menjadi Pengajar Muda untuk membuktikan kepedulian saya terhadap masa depan anak bangsa. Pun tanpa harus terjun menjadi relawan professional. Mungkin partisipasi terbesar saya adalah memberikan kesempatan kepada para Pengajar Muda dan relawan professional untuk ikut membangun mimpi anak bangsa, sebagaimana yang saya lakukan di dalam kelas selama 11 tahun ini.

Hujan di tanggal 11 November pagi itu berangsur reda tatkala mobil yang saya tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah. Guru-guru dan murid-murid berlarian menyambut kedatangan saya. Bersama saya, lima orang relawan professional muda melangkah beriringan memasuki halaman sekolah, bersama-sama menyatukan niat mewujudkan generasi mendatang yang lebih baik bagi Indonesia.




0 comments :

Post a Comment

 

A Piece of Heaven Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review